Setiap negara di dunia ini
sudah lama menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai target ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi selalu menjadi faktor yang paling penting dalam keberhasilan
perekonomian suatu negara untuk jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi sangat
dibutuhkan dan dianggap sebagai sumber peningkatan standar hidup (standar of
living) penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Istilah pertumbuhan
ekonomi sering dicampurbaurkan dengan perkembangan ekonomi, dan pemakaiannya
selalu berganti-ganti, sehingga kelihatan pengertian antara keduanya dianggap
sama.
Akan tetapi beberapa ahli
ekonomi, seperti Schumpeter (1911) dan Ursula Hicks (1957) telah menarik
perbedaan yang lazim antara istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
(Jhingan, 1993).
Menurut kedua pakar
tersebut perkembangan ekonomi mengacu kepada masalah-masalah negara
terbelakang, sedangkan pertumbuhan ekonomi mengacu kepada masalah-masalah
negara maju. Demikian juga menurut Maddison (1970) , ia mengatakan bahwa di
negara-negara maju kenaikan dalam tingkat pendapatan biasanya disebut
pertumbuhan ekonomi, sedang di negara miskin ia disebut perkembangan ekonomi.
Namun ada juga pakar
ekonomi lainnya yang beranggapan bahwa antara pertumbuhan ekonomi dengan
perkembangan ekonomi merupakan sinonim, misalnya pendapat dari Arthur Lewis
(1954), serta Meirand Baldwin (1973).
Menurut Jhingan (1993)
terdapat 6 ciri ringkas dari pertumbuhan ekonomi yaitu Laju pertumbuhan
penduduk dan produk perkapita, peningkatan produktifitas, laju perubahan
struktural yang tinggi, urbanisasi, ekspansi negara maju dan Arus barang,
kapital, serta migrasi.
Kritikal Jurnal tentang Pertumbuhan
Ekonomi penulis lebih memilih membahas Teori Model Pertumbuhan Solow. Dalam
model pertumbuhan Harrod - Domar kelihatan steady state sangat tidak stabil.
Sekali rasio tabungan, rasio kapital output, dan laju kenaikan tenaga kerja
meleset sedikit saja dari titik tumpu, maka konsekuensinya akan berupa inflasi
kronis atau meningkatnya pengangguran.
Robert M. Solow (1956), Trevor Swan (1956),
dan berikutnya James E. Meade (1961) memperbaiki model pertumbuhan yang
disampaikan Harrod - Domar itu. Mereka mengatakan bahwa rasio kapital output
dalam model Harrod- Domar tersebut tidak bisa dianggap sebagai eksogenus.
Dalam kenyataannya menurut
mereka, pada suatu model pertumbuhan, rasio kapital output (v) itu justru
merupakan adjusting variable yang akan menggiring kembali sistem pada
jalur pertumbuhan steady state.
Dalam hal ini, v akan
menggeser s/v sampai sama dengan pertumbuhan natural jika terjadi
ketidakseimbangan. Model pertumbuhan yang dihasilkan inilah yang terkenal
dengan nama model pertumbuhan Solow, atau biasa disebut juga model pertumbuhan
neoklasik.
Solow membangun model di
sekitar asumsi berikut (1) ada satu komoditi gabungan yang diproduksi, (2) yang
dimaksud output adalah output netto, yaitu sesudah dikurangi biaya penyusutan
kapital, (3) fungsi produksi adalah homogen pada derajad satu, atau bersifat constant
return to scale.
Kemudian (4) faktor
produksi kapital dan tenaga kerja dibayar sesuai dengan produktifitas fisik
marginal mereka, (5) harga dan upah fleksibel, (6) perekonomian dalam kondisi
full employment, (7) stok kapital yang ada juga terpekerjakan secara penuh, (8)
tenaga kerja dan kapital dapat disubtirusikan satu sama lain, (9) kemajun
teknologi bersifat netral.
Dengan asumsi-asumsi ini,
Solow menunjukkan dalam modelnya bahwa dengan koefisien teknik yang bersifat
variabel, rasio kapital-tenaga kerja akan cenderung menyesuaikan dirinya, dalam
perjalanan waktu, ke arah rasio keseimbangan.
Jika rasio antara kapital
terhadap tenaga kerja lebih besar, kapital dan output akan tumbuh lebih lamban
dari pertumbuhan tenaga kerja, dan sebaliknya. Analisa Solow berakhir pada
jalur keseimbangan steady state yang berangkat dari sembarang rasio
kapital-tenaga kerja (Jhingan, 1993).
Pertumbuhan
Ekonomi bukan kata รข€“ kata klise, melainkan kemajuan negara yang harus tetap di
titik depankan.